waalaikumsalam wrwb
Pangeran Purbaya merupakan putera Sultan Agung dari Kerajaan Mataram dan sebagai menantu Ki Gede Sebayu. Dalam Babad Pagedongan disebutkan bahwa Pangeran Purbaya mempunyai kelangenan berupa “laweyan seta” (makhluk halus) diberi nama Ki Juru Taman. Perjalanan sejarah dimulai, ketika Pangeran Purbaya diperintah oleh ayahnya untuk menangkap Pasingsingan, akhirnya sampai di Dukuh Sumbregah (Slarang Sigeblag) Lebaksiu. Bersama dengan Ki Ciptosari dan Wangsayuda mendirikan pondok pesantren yang mengajarkan ilmu bela diri, ilmu anoraga dan ilmu aji jaya kawijayan yang menggunakan mantra. Untuk meningkatkan ilmunya, Pangeran Purbaya berguru kepada Ki Gede sebayu di Karangmangu. Dalam masa berguru, Pangeran Purbaya mendapat wejangan atau pesan untuk menghindari larangan atau pantangan yaitu :
1 Kadunungan sifat tamak
2 Godaan setan yang masuk pada hati manusia sehingga tumbuh sifat kuma (kumingsun, kuminter, kumalungkung dan sebagainya)
3 Ikut pada bisikan setan sehingga murtad keluar dari jalan yang benar.
Pangeran Purbaya menikah dengan puteri Ki Gede Sebayu bernama Raden Rara Giyanti Subhaleksana. Pangeran Purbaya membangun masjid jami’ di Padepokan Pesantren Desa Kalisoka. Selain itu Pangeran Purbaya bersama Ki Ciptosari membangun balong ikan tambra di Desa Cenggini yang kemudian dimanfaatkan untuk mengairi persawahan penduduk.
Sampai akhir hayat, Pangeran Purbaya dimakamkan di Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru. Komplek makam Pangeran Purbaya terbagi menjadi 3 halaman yang dibatasi oleh pagar dari bata. Halaman utama (halaman ke-3) merupakan makam Pangeran Purbaya dan pendampingnya, Makam Reksonegoro, Makam Bupati Pemalang dan masjid makam serta makam kerabat. Halaman 2 dan 1 merupakan makam kerabat. Bangunan cungkup dibagi dua ruang yaitu ruang makam yang tertutup tembok dan serambi terbuka menelilingi ruang makam. Jirat makam merupakan jirat baru dan berbahan keramik dengan ukuran panjang 2 x 1 m dan tinggi 30 cm. Nisan terbuat dari kayu jati saat ini keadaannya sudah rapuh. Nisan tersebut dikategorikan sebagai tipe Demak-Troloyo
Raden Mas Hanggawana menggantikan tugas dari bapaknya, Ki Gede Sebayu yang telah wafat. Kepemimpinan Raden Mas Hanggawana mulai tahun 1620 hingga tahun 1625.
Banyak hal yang dilakukan oleh Raden Mas Hanggawana dalam memimpin Tegal. Yaitu seperti mengembangkan pertanian, membuat bendungan (Kali Bleruk, Kali Kembang, Kali Jembangan, dan Kali Wadas) dan irigasi yang mengairi sawah-sawah penduduk.
Karena pada saat itu Mataram dalam keadaan genting, maka Sultan Agung mengangkat Tumenggung Tegal sebagai Adipati Tegal yang ketiga, sedangkan Raden Mas Hanggawana ditempatkan sebagai sesepuh Tegal yang mengurus urusan dalam kadipaten.
Raden Mas Hanggawana wafat dan dimakamkan di daerah Kalisoka. Posisi makam Raden Mas Hanggawana tepat di belakang Masjid Kasepuhan Ki Ageng Anggawana. Makam beliau dikelilingi dengan pagar batu bata setinggi kira-kira 120 cm dan dalam keadaan tertutup oleh bangunan beratapkan genting. Daerah tersebut juga merupakan komplek pemakaman warga sekitar. Suasana sekitar juga sejuk dan asri, tidak banyak pohon-pohon besar yang memberikan kesan angker. Untuk masuk ke bangunan utama, setidaknya kita mengadakan janjian terlebih dahulu kepada sang juru kunci makam, mengingat pada hari-hari biasa, bangunan tersebut dikunci rapat.
Pada tanggal-tanggal tertentu, sering diadakan khaul untuk mengenang Raden Mas Hanggawana. Peserta khaul tidak hanya dari Tegal saja, namun dari luar kota. Terlebih posisi komplek makam ini berada dipinggir jalan desa, maka semakin banyak orang yang berziarah maupun hanya sekedar ingin tahu makam dari orang yang bersejarah di Tegal.
.
Kesimpulan dari kedua kisah tersebut bahwa Pangeran Purbaya adalah saudara ipar dari Ki Ageng Hanggawana.....mas Sudirman Al Luwih
Pangeran Purbaya merupakan putera Sultan Agung dari Kerajaan Mataram dan sebagai menantu Ki Gede Sebayu. Dalam Babad Pagedongan disebutkan bahwa Pangeran Purbaya mempunyai kelangenan berupa “laweyan seta” (makhluk halus) diberi nama Ki Juru Taman. Perjalanan sejarah dimulai, ketika Pangeran Purbaya diperintah oleh ayahnya untuk menangkap Pasingsingan, akhirnya sampai di Dukuh Sumbregah (Slarang Sigeblag) Lebaksiu. Bersama dengan Ki Ciptosari dan Wangsayuda mendirikan pondok pesantren yang mengajarkan ilmu bela diri, ilmu anoraga dan ilmu aji jaya kawijayan yang menggunakan mantra. Untuk meningkatkan ilmunya, Pangeran Purbaya berguru kepada Ki Gede sebayu di Karangmangu. Dalam masa berguru, Pangeran Purbaya mendapat wejangan atau pesan untuk menghindari larangan atau pantangan yaitu :
1 Kadunungan sifat tamak
2 Godaan setan yang masuk pada hati manusia sehingga tumbuh sifat kuma (kumingsun, kuminter, kumalungkung dan sebagainya)
3 Ikut pada bisikan setan sehingga murtad keluar dari jalan yang benar.
Pangeran Purbaya menikah dengan puteri Ki Gede Sebayu bernama Raden Rara Giyanti Subhaleksana. Pangeran Purbaya membangun masjid jami’ di Padepokan Pesantren Desa Kalisoka. Selain itu Pangeran Purbaya bersama Ki Ciptosari membangun balong ikan tambra di Desa Cenggini yang kemudian dimanfaatkan untuk mengairi persawahan penduduk.
Sampai akhir hayat, Pangeran Purbaya dimakamkan di Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru. Komplek makam Pangeran Purbaya terbagi menjadi 3 halaman yang dibatasi oleh pagar dari bata. Halaman utama (halaman ke-3) merupakan makam Pangeran Purbaya dan pendampingnya, Makam Reksonegoro, Makam Bupati Pemalang dan masjid makam serta makam kerabat. Halaman 2 dan 1 merupakan makam kerabat. Bangunan cungkup dibagi dua ruang yaitu ruang makam yang tertutup tembok dan serambi terbuka menelilingi ruang makam. Jirat makam merupakan jirat baru dan berbahan keramik dengan ukuran panjang 2 x 1 m dan tinggi 30 cm. Nisan terbuat dari kayu jati saat ini keadaannya sudah rapuh. Nisan tersebut dikategorikan sebagai tipe Demak-Troloyo
Raden Mas Hanggawana menggantikan tugas dari bapaknya, Ki Gede Sebayu yang telah wafat. Kepemimpinan Raden Mas Hanggawana mulai tahun 1620 hingga tahun 1625.
Banyak hal yang dilakukan oleh Raden Mas Hanggawana dalam memimpin Tegal. Yaitu seperti mengembangkan pertanian, membuat bendungan (Kali Bleruk, Kali Kembang, Kali Jembangan, dan Kali Wadas) dan irigasi yang mengairi sawah-sawah penduduk.
Karena pada saat itu Mataram dalam keadaan genting, maka Sultan Agung mengangkat Tumenggung Tegal sebagai Adipati Tegal yang ketiga, sedangkan Raden Mas Hanggawana ditempatkan sebagai sesepuh Tegal yang mengurus urusan dalam kadipaten.
Raden Mas Hanggawana wafat dan dimakamkan di daerah Kalisoka. Posisi makam Raden Mas Hanggawana tepat di belakang Masjid Kasepuhan Ki Ageng Anggawana. Makam beliau dikelilingi dengan pagar batu bata setinggi kira-kira 120 cm dan dalam keadaan tertutup oleh bangunan beratapkan genting. Daerah tersebut juga merupakan komplek pemakaman warga sekitar. Suasana sekitar juga sejuk dan asri, tidak banyak pohon-pohon besar yang memberikan kesan angker. Untuk masuk ke bangunan utama, setidaknya kita mengadakan janjian terlebih dahulu kepada sang juru kunci makam, mengingat pada hari-hari biasa, bangunan tersebut dikunci rapat.
Pada tanggal-tanggal tertentu, sering diadakan khaul untuk mengenang Raden Mas Hanggawana. Peserta khaul tidak hanya dari Tegal saja, namun dari luar kota. Terlebih posisi komplek makam ini berada dipinggir jalan desa, maka semakin banyak orang yang berziarah maupun hanya sekedar ingin tahu makam dari orang yang bersejarah di Tegal.
.
Kesimpulan dari kedua kisah tersebut bahwa Pangeran Purbaya adalah saudara ipar dari Ki Ageng Hanggawana.....mas Sudirman Al Luwih
Siip
BalasHapus