Langsung ke konten utama
KIDUNG RUMEKSO ING WENGI
Di simak dudu solo

Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno

Ada nyayian sbagai penjaga diri di malam hari
(yang menjadikan) kuat selamat terhindar dari penyakit
terbebas dari segala petaka
jin dan setanpun enggan
segala jenis teluh, sihir tak mempan
pun perbuatan jahat
guna-guna bakal meleset
bara api teredam daya air
pencuripun menjauh dariku
guna-guna yang ditanam pun kan lenyap

Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Mong lemah miring
Myang pakiponing merak

Segala penyakit bakal kembali keasalnya
semua hama terpaksa menyingkir
hanya dengan pandangan kasih
senjata-senjata tak berdaya
bagaikan kapuk menimpa besi
berbagai racun menjadi tawar
binatang buas menjadi jinak
pohon pohon yang aneh tanah wingit angker
liang landak, sarang harimau
tanah miring dan rumah merak

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Tempat tinggalnya binatang badak
walau dunia lautnya mengering
pada akhirnya semua bakal selamat
dan badan pun dirasa nyaman
dikelilingi para bidadari,
dalam penjagaan malaikat,
pun dijaga para rasul yang agung
dan dalam lindungan Tuhan
hatiku adalah Adam dan otakku nabi Sis
ucapanku adalah nabi Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman

Nafasku yang mulia nabi Isa
Nabi Yakup meliputi pendengaranku
Nabi Daud adalah suaraku
nyawaku Nabi Ibrahim
dan Nabi Dulaiman menjadi kesaktianku
Nabi Yusuf mencerahkan wajahku
Nabi Idris dalam rambutku
Baginda Ali sebagai kulitku
Abubakar dan Umar adalah darah dagingku
dan Usman sebagai tulangku

Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal

Sumsumku adalah yang mulia Fatimah
Siti Aminah sebagai kekuatan badanku
Nabi Ayub ada didalam ususku
Nabi Nuh didalam jantungku
Nabi Yunus meliputi ototku
Mata penglihatanku tiada lain Nabi Muhammad
Rona wajahku rasul
dalam lindungan Adam dan Hawa
Maka lengkaplah pararasul
hingga manunggal dalam badan

——————————————-

“Nyanyi apa kamu Kang Petruk ?”
“Nyanyi ? Ini macapatan Gong !”

“Oooo … kirain nembang macapat”
“Ya memang begitu, kan tadi aku sudah bilang begitu”

“Oh … iya ya … trus kontennya apa itu kang ?”
“Tentang doa dan harapan”

“Rasanya saya pernah mendengar tembang seperti itu untuk memanggil arwah gentayangan, benar apa nggak Kang ?”

“Lha kalau yang dipanggil arwahmu trus diiming-imingi nasi liwet iwak ingkung ya pasti bakal datang Gong”

“Jangan bercanda Kang, ciyus nih … Bagong lagi ciyus nih”
“Ciyas ciyus … ciyas ciyus … memangnya aku juga nggak serius”

“Lha saya kan cuman melihat bahwa memang tembang itu banyak digunakan untuk hal-hal yang begituan”

“Yang namanya tembang itu adalah sebuah karya sastra yang adi Gong. Para penciptanya dulu menyusun kata demi kata hingga membentuk kalimat dengan tidak sembarangan. Susunannya, makna yang terkandung di dalamnya, sangat berarti, tidak asal bunyi saja. Sehingga tidak heran pabila hingga kinipun karya sastra mereka abadi, langgeng dan relevan konten maknanya dan terasa sangat indah dan memiliki perbawa yang kuat” Apalagi ini anggitannya Njreng Sunan Kalijaga.

“Iya ya Kang, kalau kita cermati konten dan makna tembang-tembang jaman dulu tuh sangat dalam dan mengandung ilmu-ilmu luhur”

“Itu kalau mau dipelajari dan di dalami. Lha wong para leluhur kita tuh … kalau menciptakan sastra itu nggak main-main kok Gong. Sastra diciptakan melalui proses pemahaman dan pemikiran yang sangat teliti, kalau perlu dilakukan melalui meditasi dan mengheningkan cipta guna memperoleh petunjuk dari Gusti Allah SWT”

“Sampai segitunya Kang ? Bukannya nyiptain tembang atau lagu itu hanya sebentar saja Kang. Kata artis jaman sekarang, lima menit pun jadi !”

“Jadi sih jadi tapi setelah itu tidak berarti apa apa, hilang begitu saja. Lagian lagu-lagu sekarang ini, kebanyakan sih hanya untuk seneng-seneng saja, basa Ngalengka-nya just for fun. Padahal pencipta tembang atau lagu tuh orang hebat lho Gong”

“Maksudnya Kang ?”

“Karyanya dapat mempengaruhi orang lain. Mampu menolong orang untuk memehami nilai-nilai mulia dalam hidup ini, mampu memotivasi yang menyanyikan ataupun yang mendengar untuk berbuat baik sesuai konten dalam tembang itu. Namun bisa jadi juga sebaliknya. Tindakan brutal, kejahatan atau bahkan melupakan Tuhan bisa didorong oleh sebuah karya sastra. Atau kalau yang netral, menikmati tembang lagu hanya sebatas menghabiskan waktu, bersenang-senang dan setelahnya hanya memperoleh kesenangan sesaat, gak ada nilai tambah”

“Jadi …. mencipta lagu dan tembang itu nggak boleh sembarangan ya Kang ya”
“Iya Gong …”

“Aku tak nembang pucung Kang …”
“Wah ternyata engkau nguri-uri budaya sendiri juga ya Gong”
“Harus Kang … wajib ‘ain itu …

Bapak pucung, dudu watu dudu gunung   =12-u
Sabamu ing sabrang                               = 6-a
ngon ingone sang bupati                         = 8-i
Yen lumaku si pucung lembehan grana     = 12-a

“Kadingaren kowe bener ngidunge  Gong …. biasane kowe nek nembang sakarepe dhewe. Kali diwarahi ESH yo.... lha pucungmu iku batangane lak Gajah to, lha gajah iku nek jaman ndisik katelah saka bumi Plembang... Daleme Eyang to "

" Iyo kang, aku diblajari Eyang sithik sithik...

Rumus pocung tuh Gong, guru wilangane 12, 6, 8, 12, lan guru lagunya u, a, i, a”

“Oooo ada aturannya ya Kang ya … kirain asal-asalan !
“Asal-asalan … yo ora ta, ana aturane.. angel kan  !!!”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah legenda jawa

Permintaan anggota neng rini gelis Harap disimak... Eyang Abdul Manaf atau eyang Dalem Mahmud Beliau adalah pendiri Kampung Mahmud Sekilas tentang kampung mahmud Bandung Kampung Mahmud adalah satu dari sekian banyak kampung adat yang ada di tanah air. Adat istiadat leluhur masih tetap lestari, meski beberapa sudah luntur karena tergerus kemajuan zaman. Potret kehidupan masyarakat yang bersahaja, masih terlihat di sana-sini. Dan inilah keunikan kampung yang dikelilingi sungai Citarum ini. Secara administratif, Kampung Mahmud masuk dalam lingkungan RW 04 Desa Mekarrahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung. Secara geografis, kampung ini cukup eksklusif karena berada dalam lingkaran Sungai Citarum. Dengan kondisi itu, otomatis warga kampung Mahmud seolah berada di tengah-tengah dan terpisah dengan daerah-daerah tetangga. Namun sejak beberapa tahun silam, sebuah jembatan besar dan permanen telah menembus kampung tersebut. Sarana jembatan inilah yang seolah memutus “keter...

Syechk magelung sakti

Syeh Magelung Sakti Syekh Magelung Sakti alias Syarif Syam alias Pangeran Soka alias Pangeran Karangkendal. Konon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam (Syria), hingga kemudian dikenal sebagai Syarif Syam. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa ia berasal dari negeri Yaman. Syarif Syam memiliki rambut yang sangat panjang, rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, oleh karenanya ia lebih sering mengikat rambutnya (gelung). Sehingga kemudian ia lebih dikenal sebagai Syekh Magelung (Syekh dengan rambut yang tergelung). Mengapa ia memiliki rambut yang sangat panjang ialah karena rambutnya tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Karenanya, kemudian ia berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika ia berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga akhirnya ia tiba di Tanah Jawa, tepatnya di Cirebon. Pada sekitar abad XV di Karangkendal hidup seora...

LEGENDA SI PITUNG DAN RAWA RONTEK

LEGENDA SI PITUNG DAN RAWA RONTEK.... Dalam legenda para pendekar, Pitung selalu menjadi icon yang kuat di Jakarta. Keberadaannya menjadikan sejarah batavia ini menjadi sangat segar dan penuh tantangan. Pitung ini memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Ilmu yang dimilikinya dan menjadi legenda hingga saat ini adalah ilmu Rawa Rontek. Ya Si Pitung punya ilmu yang luar biasa. Ilmu Rawa Rontek yang terkenal dan melegenda karena konon di miliki oleh Si Pitung yang katanya dapat menyerap energi lawan - lawannya hingga seolah - olah dia menjadi dapat menghilang. Menurut cerita orang, karena ilmu Rawa Rontek ini Pitung tidak menikah. Sehingga ia tetap membujang hingga akhir hayatnya ( di perkirakan umurnya 40 tahun ). Rawa Rontek yang arti bahasanya adalah "Kepala Putus", konon dapat membuat pemiliknya menjadi kebal dari senjata tajam, senjata api, racun ataupun santet / sihir. Tetapi lama kelamaan seseorang yang memiliki ilmu Rawa Rontek akan cepat emosi dan selalu berbuat ...